Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, menilai konflik jangka panjang di Ukraina karena invasi Rusia berubah menjadi perang gesekan. Bicara kepada pers Gedung Putih setelah bertemu dengan Presiden Joe Biden pada Kamis (2/6/2022), Stoltenberg mengatakan sulit memprediksi kapan dan bagaimana konflik akan berakhir. "Perang pada dasarnya tidak dapat diprediksi," kata Stoltenberg.
"Dan oleh karena itu, kita hanya harus bersiap untuk jangka panjang karena apa yang kita lihat adalah bahwa perang ini sekarang telah menjadi perang gesekan di mana Ukraina membayar harga tinggi untuk membela negara mereka sendiri di medan perang, tetapi juga di mana kita melihat bahwa Rusia mengambil banyak korban," ujarnya. Ia menegaskan bahwa NATO bertanggung jawab memberikan dukungan kepada Ukraina, lapor . Stoltenberg mengatakan, perang atau konflik pada akhirnya akan berakhir di meja perundingan.
Dalam sebuah pernyataan, Stoltenberg memuji AS atas dukungannya kepada Ukraina selama perang. "Presiden (Rusia) Putin menginginkan lebih sedikit NATO dan karena itu dia menginvasi Ukraina." "Tapi dia mendapatkan lebih banyak NATO, dengan lebih banyak kehadiran NATO di bagian timur Aliansi dan juga dengan lebih banyak anggota," kata Stoltenberg, dikutip dari Newsweek .
Ia juga menilai langkah Finlandia dan Swedia untuk mengajukan keanggotaan pada aliansi sebagai keputusan bersejarah. "Finlandia dan Swedia sebagai anggota NATO akan memperkuat NATO dan juga memperkuat ikatan transatlantik kami," kata Stoltenberg. Namun permohonan dua negara Nordik itu terganjal Turki, karena dianggap melindungi kelompok teroris yang dilarang Ankara.
Diketahui, anggota baru dapat bergabung jika mendapat persetujuan dari semua 30 negara anggota NATO. Selain dianggap melindungi teroris, Turki juga keberatan karena Polandia dan Swedia juga membatasi penjualan senjata ke Ankara pada 2019 setelah operasi militer Turki melawan pasukan Kurdi di Suriah utara. Stoltenberg mengatakan aliansi tersebut bekerja untuk mengatasi kekhawatiran Turki dan "menemukan jalan bersama ke depan".
Dia juga memuji peran Ankara di NATO, menyebutnya sebagai "sekutu penting". Kepala NATO ini menekankan bahwa aliansi tidak ingin meningkatkan konflik. Dia memperingatkan bahwa "perang penuh" antara NATO dan Rusia akan mengakibatkan lebih banyak kematian dan kehancuran.
"Kami memberikan dukungan ke Ukraina, tapi kami bukan bagian dari konflik," katanya. Stoltenberg menyebut sekutu NATO telah mengerahkan pasukan dan bantuan ke negara negara sayap timur dekat Rusia untuk mengirim pesan ke Moskow terhadap kesalahan perhitungan tentang kesediaan aliansi untuk membela anggotanya. "Ini adalah pencegahan. Itu bukan untuk memprovokasi konflik, tapi untuk mencegah konflik," katanya kepada wartawan.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa pasukan Rusia telah menduduki 20 persen wilayahnya. Zelensky pada Kamis (2/6/2022) mengatakan kepada legislatif Luksemburg bahwa tentara Moskow menyerbu lebih dari 3.600 pemukiman, dengan 1.000 diantaranya berhasil direbut kembali. Setelah menarik diri dari daerah sekitar ibukota Kyiv, pasukan Rusia memfokuskan serangan di selatan dan timur Ukraina, mencetak kemenangan militer penting bulan lalu dengan merebut kota pelabuhan Mariupol.
Dilansir , Zelensky menegaskan bahwa meskipun Jumat (3/6/2022) ini menandai 100 hari invasi, Ukraina sejatinya telah memerangi Rusia selama bertahun tahun sejak pasukannya memasuki wilayah Donbas pada 2014. Dia mengatakan, hampir 12 juta orang Ukraina menjadi pengungsi internal dan lebih dari 5 juta telah meninggalkan negara itu sejak Rusia menginvasi pada Februari. Ia menambahkan bahwa pertempuran berkecamuk di sepanjang garis lebih dari 1.000 kilometer dari Kharkiv di timur ke Mykolaiv di selatan.
Zelensky berterima kasih kepada rakyat Luksemburg dan pemerintahnya atas bantuan senjata ke Ukraina. "Ini mengingatkan pada Perang Dunia II, ketika agresi Nazi mengancam kehidupan seluruh bangsa," kata Zelensky. "Oleh karena itu, kita harus secara signifikan meningkatkan tekanan pada Rusia untuk menghentikan bencana ini dan mencegah agresi semacam itu di masa depan."