Di media Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat sering disebut sebagai Brigadir J, Brigadir Josua. Padahal nama Josua, J tak tidak bisa dikaitkan dengan sosok Yosua meninggal di rumah Irjen Pol Ferdy Sambo Kadiv Propam Nonaktif. Sebutan BrigadirJ pertama kali disematkan oleh kepolisian, ketika konfrensi pers terkait meninggalnya NofriansyahYosuaHutabarat, Senin (11/7/2022) siang.
Yosua sendiri memiliki nama lengkapnya adalah Nofriansyah Yosua Hutabarat, anggota Polri dengan pangkat terakhir Brigadir Polisi (Brigpol). Hingga kini kematiannya masih misterius, benarkah akibat baku tembak, atau justru karena ditembak tanpa perlawanan. Kapolri pun meminta digelar criminal scientific investigation, serta membentuk tim khusus. Pekerjaan utamanya adalah mengungkap kebenaran.
Nama lengkap: NofriansyahYosuaHutabarat Nama panggilan: Prian Tanggal lahir: 29 November 1994
Usia: 27 tahun Agama: Kristen Protestan Pekerjaan: Anggota Polri
Sekolah Polisi: SPN Jambi lulus tahun 2012 Status pernikahan: Belum menikah Pangkat terakhir: Brigadir Polisi
Brigadir Yosua Hutabarat ditembak dari jarak berapa meter, akan ketahuan dari hasil autopsiulang atau ekshumasi yang digelar pada Rabu (27/7/2022). Luka di tubuh Yosua juga akan ketahuan apakah akibat proyektik, senjata tajam, pukulan benda tumpul, atau hal lainnya. "Semoga Tuhan memberikan kebijaksanaan kepada dokter yang ditugaskan, agar hasil pemeriksaannya akurat, terlebih jenazah yang sudah menuju tiga minggu," kata Erni.
Dia menyebut kebenaran akan terungkap dengan hadirnya dokter forensi yang merupakan tim gabungan. Dijelakan Erni, dokter forensik disumpah untuk bekerja jujur dan dengan sepenuh hati menurut keilmuan, dan menjunjung tinggi harkat dan martabat, serta menghargai dan menghormati setiap jenazah yang ditangani. Erni menerangkan autopsi dilakukan untuk pemeriksaan terhadap tubuh jenazah secara menyeluruh.
Pemeriksaan meliputi bagian luar maupun dalam serta pemeriksaan tambahan lainnya kalau diperlukan. "Memang untuk menentukan kematian dan bagaimana itu terjadi, autopsi yang di pakai," ungkapnya. "Jadi begitu meninggal dilakukan autopsi, semakin mudah kita menentukan cara dan penyebab kematiannya," ungkapnya.
Apabila sudah membusuk, terangnya, memang akan lebih sulit untuk menentukan kematian seseorang. "Sebab harus lebih berhati hati untuk memeriksa, luka luka apa yang terdapat pada jenazah, apakah memar, luka, karena benda tajam, tumpul, dan lubang bekas tembakan masih bisa terbaca," jelas Erni. Lebih lanjut, Ia menjelaskan ekshumasi akan dilakukan penggalian makam.
"Tujuan utama penggalian jenazah untuk mengumpulkan jejak jejak yang ada pada jenazah, atau kelainan kelainan yang ada pada jenazah, sehingga kita dapat menduga cara dan sebab kematian jenazah tersebut," ungkap Erni.